Komoditas Sumberdaya Perikanan dan Produksi

 

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020.

        Berdasarkan tabel dan grafik di atas mengenai produksi ikan di WPP-NRI 717 dari tahun 2009 2019 yaitu mengalami fluktuasi atau kenaikan jumlah produksi ikan. Produksi ikan yang paling rendah yaitu pada tahun 2009. Produksi ikan yang paling tinggi yaitu pada tahun 2019. Kenaikan jumlah produksi ikan di wilayah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu tingkat penangkapan atau eksploitasi ikan yang tinggi. Setiap tahunnya tingkat penangkapan ikan semakin tinggi dikarenakan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan adanya pengkajian produksi perikanan setiap tahunnya agar tidak terjadi over fishing atau over exploited. Pengelolaan sumberdaya ikan yang baik juga sangat diperlukan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan agar tetap lestari.(Perhitungan Alokasi di WPPRI-717 (DPDSDI)).


Sumber: Data Statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020.

        Berdasarkan tabel dan grafik mengenai jenis ikan di WPP-NRI 717 dari tahun 2010-2018 dengan ikan komoditas unggulan, mengalami kenaikan secara drastis pada tahun 2017. Kenaikan jumlah jenis ikan di suatu wilayah atau perairan banyak dipengaruhi oleh faktor alamiah, yaitu berupa kondisi perairan, arus laut, sedimentasi, suhu perairan dan lain sebagainya. WPP-NRI 717 memiliki ikan yang mendominasi yaitu ikan pelagis kecil. Hal ini dikarenakan jenis sumberdaya di suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik dari lokasi seperti suhu perairan dan faktor oseanografi di sekitar perairan tersebut. WPP-NRI 717 ini juga memiliki potensi budidaya untuk jenis ikan kerapu, kakap, kekerangan, lobster dan rumput laut. Pengelolaan sumberdaya ikan perlu dilakukan agar berbagai jenis ikan dapat hidup dan berkembang biak diwilayah perairan tersebut.

        Jenis ikan yang menjadi komoditas utama di WPP NRI 717 yaitu ikan cakalang, kakap, tongkol, tuna, dan layang. Komoditas utama di WPP NRI 717 didominasi oleh jenis ikan pelagis. Ikan tuna, tongkol, dan cakalang memang berasal dari keluarga yang sama, yaitu keluarga Scombridae. Namun memiliki marga yang berbeda. Dilihat dari bentuknya, ketiganya terlihat mirip. Tetapi jika diperhatikan lebih saksama, terlihat perbedaannya. Ikan tuna memiliki tubuh yang super besar dan berat. Ikan tuna yang masih bayi saja beratnya dapat mencapai 5 kilogram, sedangkan ikan tuna dewasa beratnya mulai dari 35 kilogram hingga 350 kilogram. Ikan tongkol memiliki warna yang agak gelap dan memiliki bentuk yang langsing. Panjang ikan ini sekitar 60 sentimeter dengan punggungnya yang berwarna biru gelap agak metalik dan terdapat pola garis-garis yang unik seperti coretan miring, sedangkan ikan cakalang berwarna lebih terang dibandingkan dengan ikan tongkol. Ikan ini sering juga disebut sebagai ikan tongkol putih. Panjang kedua ikan ini sama, 60 sentimeter, tapi badannya sedikit lebih besar dan gemuk. Punggung ikan cakalang berwarna biru keungu-unguan dan gelap.


Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)


Ikan Kakap (Lutjanidae sp.)


Ikan Layang (Decapterus sp.)


Ikan Tuna (Thunnus sp.)


Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Status Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan per Komoditas di WPP NRI 717:

Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2019

Keterangan:

Merah = Over-exploited
Kuning = Fully-exploited
Hijau = Moderate

Dari 11 WPP yang ada di perairan Indonesia, hanya WPP 717 yang belum diusahakan secara penuh, sementara 10 WPP lainnya sudah dalam status pemanfaatan yang berlebih.

Sumber: 

https://www.google.com/amp/s/bobo.grid.id/amp/08678449/inilah-perbedaan-ikan-tuna-tongkol-dan-cakalang

Badan Pusat Statistik Perikanan, 2020

Data Statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan

Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2019





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wilayah Administratif Pengelolaan

Tantangan Pengelolaan Perikanan Tangkap WPP NRI 717